Welcome text

Jumat, 15 Maret 2013

A Lil Peace of Penang

Hello blogers!!!

     Cuman pengin sedikit cerita aja soal sebuah pulau yang aku kunjungi saat liburan. Pulaunya udah ga asing lagi kok di telinga kita. Pulau itu adalah Pulau Pinang/ Penang.
    Pertama kali menginjakkan kaki ke Penang, asli, saya kagum to the Max!!! Kotanya itu bener-bener bersih dan tertata rapi. Saya rasa juga tidak ada area pemukiman kumuh di sini karena yang bisa saya lihat adalah skyskripers yang menjulang tinggi di sana-sini. Begitu pula saat taksi yang akan membawa kami ke tempat penginapan berhenti di traffick jam, sama sekali ga ada macet yang panjang banget kayak di kota Jakarta. Mungkin ini adalah salah satu kelebihan dari banyak kelebihan lainnya di Penang jika dibandingkan dengan kota Jakarta saja. Padahal Penang itu hanya sebuah Pulau. Ibaratnya itu Pulau Belitung kali yah? Tapi benar-benar jauh berbeda dengan Jakarta yang merupakan sebuah ibukota. Maaf, saya bukan memojokkan Indonesia, tapi saya hanya bicara mengenai fakta.
    Saya ke Penang bersama dengan ayah dan mama dan menginap di sebuah komplek dekat rumah sakit Mount Miriam Cancer Hospital. Sebuah rumah sakit khusus penyakit kanker. Dan memang itulah tujuan kami berada di sini, untuk menjalani pengobatan penyakit mama. Kami tinggal di sebuah penginapan yang ditempati oleh 5 keluarga lainnya yang juga memiliki tujuan yang sama seperti kami.
     Tapi sekarang, saya tidak akan membahas tentang penyakit mama. Because it's private! the only one that I'd like to tell you is about a lil peace of Penang Island.
    Saya mengunjungi beberapa tempat indah di Penang bersama dengan ayah. Tempat terkecil yang kami kunjungi dahulu adalah 'pasar'. Yap. Dan itu adalah momen paling lucu (bagi saya) dimana saya melihat ayah berbelana ke pasar, apalagi bersama saya. Kenapa ayah ikut? Karena saya tidak tahu tempatnya dan untuk ke pasar membutuhkan waktu +/-15 menit dengan berjalan kaki dan harus melalui sebuah latih otot jantung alami, yakni: digonggongin anjing dari setiap rumah yang kami lewati karena kami memang tinggal di kawasan Cina dan India yang memelihara anjing di rumah mereka.
    Namanya Pasar Cina. Dinamakan begitu karena yang jualan mayoritas orang cina. Dan memang betul, saya sudah membutikannya. Saya merasa senang pada pasar cina. Karena kawasan pasarnya sangat berbeda dengan pasar yang selama ini saya kunjungi, lagi-lagi di Indonesia. Pasarnya tertata rapi dan bersih. Ga ada lumpur, maupun lapak-lapak berlebihan yang tersebar. Maksud saya, orang-orang yang berjualannya itu ga terlalu padat dan menyesakkan. Ditambah dengan sayur-sayuran yang dijualpun cukup segar dan besar-besar sangat.
    Pulang dari pasar, biasanya kami mampir dulu ke sebuah resto India yang menghidangkan berbagai macam masakan India. Nama restonya adalah "Nasi Kandar". Pertama kali datang ke situ, kami memesan roti gulung dengan kuah kari dengan bau yang menggoda, haha, dan teh tarik panas. Macam di Upin-Ipin itu loh xoxo. Astaga! Rasanya saya sangat ingin makan roti gulung campur kuah kari. Adakah resto yang menjual menu itu di sekitar Jakarta-Tangsel? Don't know la...
    And the next place adalah Marina Beach? or Gurney Park? I forgot that place. Waktu itu airnya lagi surut, jadi bener-benar ga ada hal menarik sih di sana. Menariknya cuman karena ada jalan raya di pinggir laut doang. Dalam artian sepanjang perjalanan kita bisa melihat keindahan laut tanpa harus turun. Karena memang Penang sendiri itu mencakup gunung dan laut. Kalo mau ngerasai gunung yah lo ke gunung, tapi kalo ngerasai laut yah ke laut. Nah, menariknya apaan? Karena gunung dan laut itu saling berdekatan.
     Kebetulan rumah sakit dan penginapan kita itu di dekat gunung. Malah Mount Miriamnya sendiri ada di kaki gunung. Karena itu kali yah ada 'mount-mount'nya. Jadi bagi pasien yang dirawat atau nyewa di sekitar situ juga enak karena setiap hari bisa ngerasain udara gunung yang sejuk dan no polution, of course. Nah, kalau mau ke laut, dengan waktu 15 menitan juga kita udah bisa langsung mencapai laut karena Penang sendirikan di kelilingin laut dengan gunung di tengah-tengahnya. Kalau di Gurney Park sendiri itu menyediakan berbagai stand-stand makanan campuran. Ada India, Melayu, dan mayoritas Cina. Makanya saya malas masuk ke sana. Hahaha..you know what I mean deh.
     Ada juga kami mengunjungi Floating Mosque atau B. Indonya yah mesjid terapung. Mesjidnya sangat indah dan megah. Kenapa namanya terapung? Karena bila air pasang, maka mesjid benar-benar seperti terapung di atas laut. Saya dan ayah kembali berfoto-foto ria dong di mesjid secara bergantian. Ada-ada saja memang gaya kami ini. xoxo.
    Selanjutnya ada Butterworth. Sebuah jembatan besar dengan panjang 14 km yang dibuat kerajaan Malaysia bekerja sama dengan negara Korea Selatan dalam pembangunannya untuk menghubungkan Penang dengan Malaysia sendiri. Kita berhenti di area khusus dan lagi-lagi berfoto ria. Di seberang, kami mengunjungi sebuah Bird Park, tapi ga masuk. haha...deuh. Terakhir cuma beli gantungan kunci doang.
     Dari Butterworth, kita singgah ke sebuah toko yang menjual kopi dan cokelat. Dan asli, memang dari dulu sampai sekarang itu cokelat buatan Malaysia benar-benar enak. Dan untuk pertama sekali sodara-sodara...saya mencicipi cokelat putih yang ngga kalah enak dan manisnya dengan cokelat biasa. Saya saja sampai nambah lagi...ssst..hihi
     Terus-terus kita berhenti di sekitaran Tugu Queen Victoria. Dan di situ bertebaran lah para bule yang berjalan kaki juga naik sepeda. Ngga peduli, saya sama ayah tetap foto-foto dong di depan banyak orang :B. Lalu tempat berhenti kami terakhir pada hari yang sama saat kami ke Butterworth adalah kami makan di sebuah rumah makan khas Melayu yang masakannya ngga jauh beda dari masakan Indonesia. Tapi...di sinilah kelebihan Indonesia. Soal cita rasa makanan, menurut saya Indonesia pemenangnya. Karena saya sama sekali tidak menyukai masakan yang ada di Penang, walaupun itu masakan Melayu. Rasanya ada yang kuraaang gitu.
     Hari-hari terakhir saya di Penang, kali ini saya bersama dengan anggota tambahan setelah sebelumnya hanya berjalan berdua dengan ayah. Dia adalah kakak saya satu-satunya yang sooook lucu tapi baik. Kita pergi menyeberang ke Malaysia lagi bareng sodara-sodara saya yang jauh-jauh datang dari Kedah, Malaysia ke Penang. Tapi kali ini kami engga lewat Butterworth, melainkan dari lautnya langsung dengan menggunakan kapal ferry.
     Eh, eh, tapi sebelum itu, kita ke Komtar dulu. Pusatnya kota Penang. Dari Komtar, baru deh kita ke Jetty untuk naik kapal. Nah, dari Komtar ke Jetty itulah kita naik bis yang free fee melewati beberapa tempat yang sangat ingin saya kunjungi. aaah...nyesel banget ga turun. Bisnya melewati George Town, Little India (ini tempat yang paling ingin saya kunjungi), Mesjid Aceh, dan ntah mesjid apa gitu satu lagi. Tapi yasudahlah, kalau ada rezeki, lain kali akan saya kunjungi itu tempat.
     And the last, kita ke Batu Feringgih yang jalannya itu benar-benar udah kaya jalan mau ke Danau Toba, berkelok-kelok tajam dengan menggunakan bis. Kalau duduk mah, kita slow-slow aja mau setajam apapun belokannya. Masalahnya adalah kita pada berdiri dan saya mesti kuat-kuat berpegangan kalau engga mau terhempas ke sana ke mari dan menabrak para bule. Hehehe...kebetulan memang bulenya banyak banget. Itulah yang saya alami ketika pulang dari Batu Feringgih.
     Ohya Batu Feringgih itu adalah sebuah pantai yang terdapat batu-batu cukup besar dan unik di tengah laut yang bernama batu Feringgih. Kita masuk ke pantai dan waw sekali pemandangannya. Di penuhi oleh para bule yang shirtless dan bikini. oh waw!
     Nah, itulah beberapa tempat yang ada di Penang. Dari berbagai tempat yang telah saya kunjungi, begitu pula dengan jalannya. Sangat banyak yang membuat saya begitu iri. Mengapa Indonesia yang memiliki banyak pulau tidak bisa satuuuuu aja pulau milik Indonesia bisa mengikuti kemajuan Penang. Ini Penang loh! Kotanya sangat bersih, karena orang-orangnya juga mencintai kebersihan! Kotanya aman, tertib, dan disiplin. Karena memang rakyat dan kerajaan bisa saling bekerja sama untuk menegakkannya. Kemacetan jarang terjadi. Naik bus saya sangat merasa aman. Dan hal yang paling besar yang paling membuat saya iri adalah semua orang di sini bisa berbahasa Inggris! Ngga perduli yang tua, muda pria, wanita, anak-anak, semua bisa berbahasa Inggris. Dari tukang sayur, supir bus, penjaga toko, sampai mungkin yang kerjanya memerlukan bahasa Inggris juga bisa bahasa Inggris! Dan mereka tidak malu untuk berbicara bahasa Inggris.
     Saya mulai berfikir, kenapa kita tidak bisa sedikit saja meniru mereka? Minimal dari bahasanya sajalah. Oke, banyak yang bilang kita harus menjunjung tinggi dan memelihara bahasa Indonesia. Tapi mau sampai kapan? Mau sampai kapan kita tidak bisa berbahasa internasional. Bahkan kita sendiripun mungkin sangat ingin mahir berbahasa Inggris. Dan yang bisa berbahasa Inggrispun pasti sangat ingin mengobrol di lingkungannya dengan berbahasa Inggris. Tapi lagi-lagi, semua itu terhalang. Kenapa? Karena sedikit saja kita bicara English, pasti sudah dipatahkan semangat dengan cemoohan: "alah, sok pake bahasa Inggris lo!". Pertanyaan saya, "loh? Why not?". English itu adalah salah satu investasi kita untuk bisa melihat dunia! Ngga harus ke Inggris atau Amerika dulu.
     From now, comm'on guys! Don't be afraid to speak English but still keep our nation Language too in the same time! And please, Don't bring 'em down lah whoever they wanna speak English! The thing that we must do is just support 'em! And we can be like 'em who can speak English too. Ok? ;)

Dream?


Mimpi?

       Kalo soal mimpi ngga tau deh yah. Aku cuma ngga mau terlalu banyak bermimpi. Karena bagiku, mau sebanyak apapun bermimpi tapi kalau ngga ada usaha dalam mewujudkannya yah sama aja. Namanya tetap akan menjadi mimpi, mimpi semu namanya. Kenapa aku ngga mau terlalu banyak bermimpi? Karena aku tahu batas kemampuanku. Yeah, walaupun jujur, salah satu hobi aku itu berkhayal membuat sebuah jalan cerita hidup seseorang. Ntah itu seorang lelaki, ataupun perempuan. Kadang juga berkhayal tentang diriku sendiri. Berkhayal itu sudah termasuk dalam bermimpikan? Tapi…berkhayal itu asik loh. Kau bisa membayangkan segala hal tanpa batas, dan sesukamu tentunya. Tapi, jika kau kembali ke dunia nyata, siap-siap saja merasakan sakitnya. Karena kembali ke awal, semua itu hanya khayalan, abstrak, mimpi, semu, dan ghoib.
       Tapi enggak buat aku. Aku senang-senang aja kalau berkhayal. Karena aku sendiri udah ahli kali yah mengatasi ketika aku sudah kembali ke dunia nyata agar aku tidak merasakan sakit itu. Tapi bagiku, berkhayal dan bermimpi itu ngga sama. Walau kalau dipikir pakai akal pasti ada hubungannya. Ntah itu sepupuan, keponakan, cucu, cicit, blah blah blah, whatever. Karena bagiku, mimpi itu adalah sebuah project besar yang akan kita tuju dan capai di masa yang akan datang. Nah, ntah itu akan terwujud atau tidak, itu kembali pada diri masing-masing. Karena itu aku ngga pernah mau bermimpi besar. Cukup kecil-kecilan aja. Contohnya, dulu aku bermimpi bisa ke Jakarta hanya agar aku bisa satu langkah lebih maju untuk bisa menonton konser penyanyi favoriteku. Tapi aku ngga pernah bermimpi bagaimana cara agar aku bisa ke sini. Yang jelas mimpiku adalah, cepat atau lambat, aku harus ke Jakarta. Sampai suatu saat ada satu jalan yang terbuka lebar untukku. Aku bisa ke Jakarta melalui kuliah. Yah, aku berusaha agar aku bisa lolos kuliah di Jakarta dengan do’a juga tentunya. Akhirnya, di sinilah aku sekarang. Di ibukota (pinggiran, red). Satu langkah di depan, bro!
     Tapi udah ke sini, aku makin sadar. Bahwa mimpi aku sebenarnya yah bukan buat ketemu artis favoriteku. Melainkan untuk mencari tujuan hidup yang sebenarnya. Masalah bisa menonton konsernya bagiku hanyalah sebuah bonus. Kalau bisa nonton syukur, kalau engga yaudah. Gitu aja.
        Sekarang ini yah mentingin hidup ke depannya gimana. Orang tua ngasih kepercayaan ke Jakarta biar bisa belajar yang benar, terus jadi orang deh. Itu baru yang namanya mimpi. Dan ini adalah mimpi terbesar aku yang aku bener-bener ngga mandang kemampuanku sendiri, melainkan hanya terpatok pada kepercayaan pasti bisa dengan disertai do’a.

Intinya, mimpi itu ngga perlu banyak-banyak. Tapi cukup satu, mencakup semua!
Mimpi itu ngga perlu banyak-banyak karena lo juga belum tentu bisa mencapainya
Dan mimpi itu jangan terlalu besar dan tinggi. Kalau ngga kesampaian, bisa gilak kali yah. Contohnya: Lo mimpi nikah sama David Beckham. Hah! Sampai lo uzur bau tanah, atau dunia kebalik dan isinya juga keluar juga lo ga bakal bisa nikah sama David Beckham! Tanya kenapa? Jawab sendiri!

Thanks…and Much Love xxx