Welcome text

Selasa, 17 September 2013

haaah..sudah hampir sebulan saya menjalankan semester 3 :) opus, doakan aku bisa mengatur segalanya dan lancar di semester 3 ini yah :D
fajrin, hwaiting!!!!

Kamis, 05 September 2013

Semester Dua

Gak kerasa empat bulan berlalu dan saya akhirnya menyelesaikan semester dua. Semester ini adalah semester yang cukup melelahkan bagi saya. Pikiran saya yang seharusnya fokus untuk belajar dan ikut kegiatan kampus benar-benar jadi bercabang-cabang. Minat saya belajar jadi berkurang, masalah kegiatan kampus saya vakum, dan masalah cowo. Asli sepanjang sem.2 saya selalu 'kupu-kupu': kuliah-pulang.
Yang mengisi hari-hari saya selama kuliah adalah hanya tentang kisah menjalin hubungan dengan seorang cowo seangkatan saya di kampus. Hari-hari saya hanya berisi masa pdkt-an, lalu berantem, sampai akhirnya jadian dengan orang yang sama. Engga, saya ngga bakal membeberkan proses saya jadian dan menjalani hubungan saya dengan cowo tersebut di sosial media seperti ini. Lagipula hubungan kami sudah berakhir .--."v. Ternyata hubungan kami tidak berhasil.
Lalu selama semester dua saya berpikir, ada apa dengan saya? Kenapa saya jadi seperti ini? Yang paling saya pikirkan adalah masalah belajar saya yang tiap semester rasanya semakin menurun. Dan saya merasa menjadi jauh dari target-target saya di awal semster.
Akhirnya saya menemukan jawaban bahwa saya harus bisa mengatur diri saya dalam mebagi-bagi waktu dalam banyak hal. Saya kemudian mencoba untuk bisa membuat diri saya mulai bisa mengatur belajr untuk mendapatkan nilai yang baik. Sebagai contoh adalah matkul sispolindo. Saya harus bertanya! Itu pemikiran saya pada waktu itu karena jika saya bertanya saya berkesempatan untuk mendapatkan nilai A. Dan alhamdulillah, I got it :)
Yah, meskipun agak kecewa karena IPK saya turun 0,1, saya masih sangat bersyukur kepada Allah karena setelah semuanya, IPK saya masih dikategorikan cumlaude :)

Sabtu, 27 Juli 2013

Exist

Ada yang bilang, semua orang membutuhkan penghargaan. Seperti seorang anak yang membutuhkan penghargaan dari orang tuanya apabila ia melakukan sesuatu yang baik. Apapabila ia melakukan sesuatu yang buruk, maka ia mendapat sanksi atas perbuatannya tersebut. Yap, hukum alamnya seharusnya seperti itu. Tapi, apa hal itu berlaku untuk anak yang di bawah umur saja? Apa seorang anak yang sedang beranjak dewasa juga tidak emmerlukan penghargaan tersebut?
Dalam hidup selama 19 tahun umurku, aku belum pernah sedikitpun merasakan penghargaan itu. Merasa dihargai oleh orang-orang sekitarku. Dari keluarga, teman-teman, bahkan orang yang ku sebut kekasih sekalipun. Tidak ada satupun yang menghargai segala hal-hal baik yang aku lakukan. Mereka hanya selalu melihat sisi buruk kelakuanku, lalu menjudge begitu saja.
Aku tidak pernah meminta orang-orang yang mengenalku untuk menghitung seberapa banyak aku telah berbuat baik dan berguna atau yang dapat menyenangkan mereka. Yang aku butuhkan hanyalah penghargaan itu. Aku hanya butuh untuk dihargai. Hanya sesederhana itu. Karena akupun akan selalu berusaha untuk mengingat dan menghargai apa yang telah orang-orang lakukan padaku.
Kadang aku bertanya sendiri, sebenarnya aku ini eksis ngga sih di dunia ini? Ya, aku memang ada, tapi apapun yang baik yang aku lakukan sepertinya tidak pernah seorangpun yang menganggapnya sama sekali. Kadang aku berharap, lebih baik aku tidak ada sama sekali di dunia ini. Itu lebih baik dibandingkan jika kau ada, tapi tak ada orang yang sama sekali menganggapmu. Apakah aku telah melanggar aturan Allah?
Sepanjang hidupku eksis di dunia ini, mereka - orang-orang yang mengenalku hanya menganggapku sebagai sebuah status saja, bukan karena apa yang baik yang telah ku lakukan. :')

Minggu, 14 Juli 2013

"Never care what people say about me"

Yap. Ini adalah salah satu prinsip yang saya pegang sejak dulu. Mungkin banyak pandangan sinis mengenai ini. Salah satunya berasumsi bahwa saya pasti orang yang sangat perfectionist. Kenapa begitu? Karena mereka pasti mengira bahwa saya adalah orang yang ngga mau menerima kritikan orang - baik itu negatif maupun positif-, orang yang merasa paling benar dan bla bla bla.
Heloooooow!!!
Maaf-maaf saja yah. Saya tidak pernah merasa seperti itu. Prinsip yang saya pegang di sini adalah, siapa saja sangat bebas mengkritik, menjudge, mengatai saya sesuka hati mereka. Silahkan anda sekalian mengeluarkan isi pikiran kalian mengenai diri saya. Apapun yang kalian katakan mengenai saya, sama sekali tidak akan pernah saya masukkan ke dalam hati. Well, walau terkadang ada beberapa kata sinis yang bikin saya sakit hati, it's okay. Itu hanya sementara kok saya simpan. 

Selebihnya akan saya buang jauh-jauh dari pikiran dan hati saya.
Saya tidak pernah perduli apa yang dikatakan orang mengenai saya, apalagi kalau itu sama sekali tidak benar. Karena bagi saya, yang berhak menjudge saya yah hanya Allah, Tuhan saya. Karena itu, saya tidak pernah mendengarkan mulut-mulut pedas nan sinis mereka mengenai saya.
Bila ada yang mengatakan saya egois, dengan senang hati saya akan membalas: "Yap! Memang saya egois!"

Bila ada yang mengatakan saya jahat, "Yap! Memang saya jahat!"

Terus masalahnya kenapa?
Inilah saya yang telah diciptakan Allah begini. Sama sekali tidak suka dengan saya? Tidak bisa menerima keadaan saya? Silahkan saja. Saya tidak masalah. Yang saya takut hanya jika Allah yang membenci saya.
Saya tidak terlalu membutuhkan apalagi bergantung pada banyak manusia, apalagi manusia sejenis manusia kardus yang munafik, cih! Menjauh dari saya.

Jumat, 15 Maret 2013

A Lil Peace of Penang

Hello blogers!!!

     Cuman pengin sedikit cerita aja soal sebuah pulau yang aku kunjungi saat liburan. Pulaunya udah ga asing lagi kok di telinga kita. Pulau itu adalah Pulau Pinang/ Penang.
    Pertama kali menginjakkan kaki ke Penang, asli, saya kagum to the Max!!! Kotanya itu bener-bener bersih dan tertata rapi. Saya rasa juga tidak ada area pemukiman kumuh di sini karena yang bisa saya lihat adalah skyskripers yang menjulang tinggi di sana-sini. Begitu pula saat taksi yang akan membawa kami ke tempat penginapan berhenti di traffick jam, sama sekali ga ada macet yang panjang banget kayak di kota Jakarta. Mungkin ini adalah salah satu kelebihan dari banyak kelebihan lainnya di Penang jika dibandingkan dengan kota Jakarta saja. Padahal Penang itu hanya sebuah Pulau. Ibaratnya itu Pulau Belitung kali yah? Tapi benar-benar jauh berbeda dengan Jakarta yang merupakan sebuah ibukota. Maaf, saya bukan memojokkan Indonesia, tapi saya hanya bicara mengenai fakta.
    Saya ke Penang bersama dengan ayah dan mama dan menginap di sebuah komplek dekat rumah sakit Mount Miriam Cancer Hospital. Sebuah rumah sakit khusus penyakit kanker. Dan memang itulah tujuan kami berada di sini, untuk menjalani pengobatan penyakit mama. Kami tinggal di sebuah penginapan yang ditempati oleh 5 keluarga lainnya yang juga memiliki tujuan yang sama seperti kami.
     Tapi sekarang, saya tidak akan membahas tentang penyakit mama. Because it's private! the only one that I'd like to tell you is about a lil peace of Penang Island.
    Saya mengunjungi beberapa tempat indah di Penang bersama dengan ayah. Tempat terkecil yang kami kunjungi dahulu adalah 'pasar'. Yap. Dan itu adalah momen paling lucu (bagi saya) dimana saya melihat ayah berbelana ke pasar, apalagi bersama saya. Kenapa ayah ikut? Karena saya tidak tahu tempatnya dan untuk ke pasar membutuhkan waktu +/-15 menit dengan berjalan kaki dan harus melalui sebuah latih otot jantung alami, yakni: digonggongin anjing dari setiap rumah yang kami lewati karena kami memang tinggal di kawasan Cina dan India yang memelihara anjing di rumah mereka.
    Namanya Pasar Cina. Dinamakan begitu karena yang jualan mayoritas orang cina. Dan memang betul, saya sudah membutikannya. Saya merasa senang pada pasar cina. Karena kawasan pasarnya sangat berbeda dengan pasar yang selama ini saya kunjungi, lagi-lagi di Indonesia. Pasarnya tertata rapi dan bersih. Ga ada lumpur, maupun lapak-lapak berlebihan yang tersebar. Maksud saya, orang-orang yang berjualannya itu ga terlalu padat dan menyesakkan. Ditambah dengan sayur-sayuran yang dijualpun cukup segar dan besar-besar sangat.
    Pulang dari pasar, biasanya kami mampir dulu ke sebuah resto India yang menghidangkan berbagai macam masakan India. Nama restonya adalah "Nasi Kandar". Pertama kali datang ke situ, kami memesan roti gulung dengan kuah kari dengan bau yang menggoda, haha, dan teh tarik panas. Macam di Upin-Ipin itu loh xoxo. Astaga! Rasanya saya sangat ingin makan roti gulung campur kuah kari. Adakah resto yang menjual menu itu di sekitar Jakarta-Tangsel? Don't know la...
    And the next place adalah Marina Beach? or Gurney Park? I forgot that place. Waktu itu airnya lagi surut, jadi bener-benar ga ada hal menarik sih di sana. Menariknya cuman karena ada jalan raya di pinggir laut doang. Dalam artian sepanjang perjalanan kita bisa melihat keindahan laut tanpa harus turun. Karena memang Penang sendiri itu mencakup gunung dan laut. Kalo mau ngerasai gunung yah lo ke gunung, tapi kalo ngerasai laut yah ke laut. Nah, menariknya apaan? Karena gunung dan laut itu saling berdekatan.
     Kebetulan rumah sakit dan penginapan kita itu di dekat gunung. Malah Mount Miriamnya sendiri ada di kaki gunung. Karena itu kali yah ada 'mount-mount'nya. Jadi bagi pasien yang dirawat atau nyewa di sekitar situ juga enak karena setiap hari bisa ngerasain udara gunung yang sejuk dan no polution, of course. Nah, kalau mau ke laut, dengan waktu 15 menitan juga kita udah bisa langsung mencapai laut karena Penang sendirikan di kelilingin laut dengan gunung di tengah-tengahnya. Kalau di Gurney Park sendiri itu menyediakan berbagai stand-stand makanan campuran. Ada India, Melayu, dan mayoritas Cina. Makanya saya malas masuk ke sana. Hahaha..you know what I mean deh.
     Ada juga kami mengunjungi Floating Mosque atau B. Indonya yah mesjid terapung. Mesjidnya sangat indah dan megah. Kenapa namanya terapung? Karena bila air pasang, maka mesjid benar-benar seperti terapung di atas laut. Saya dan ayah kembali berfoto-foto ria dong di mesjid secara bergantian. Ada-ada saja memang gaya kami ini. xoxo.
    Selanjutnya ada Butterworth. Sebuah jembatan besar dengan panjang 14 km yang dibuat kerajaan Malaysia bekerja sama dengan negara Korea Selatan dalam pembangunannya untuk menghubungkan Penang dengan Malaysia sendiri. Kita berhenti di area khusus dan lagi-lagi berfoto ria. Di seberang, kami mengunjungi sebuah Bird Park, tapi ga masuk. haha...deuh. Terakhir cuma beli gantungan kunci doang.
     Dari Butterworth, kita singgah ke sebuah toko yang menjual kopi dan cokelat. Dan asli, memang dari dulu sampai sekarang itu cokelat buatan Malaysia benar-benar enak. Dan untuk pertama sekali sodara-sodara...saya mencicipi cokelat putih yang ngga kalah enak dan manisnya dengan cokelat biasa. Saya saja sampai nambah lagi...ssst..hihi
     Terus-terus kita berhenti di sekitaran Tugu Queen Victoria. Dan di situ bertebaran lah para bule yang berjalan kaki juga naik sepeda. Ngga peduli, saya sama ayah tetap foto-foto dong di depan banyak orang :B. Lalu tempat berhenti kami terakhir pada hari yang sama saat kami ke Butterworth adalah kami makan di sebuah rumah makan khas Melayu yang masakannya ngga jauh beda dari masakan Indonesia. Tapi...di sinilah kelebihan Indonesia. Soal cita rasa makanan, menurut saya Indonesia pemenangnya. Karena saya sama sekali tidak menyukai masakan yang ada di Penang, walaupun itu masakan Melayu. Rasanya ada yang kuraaang gitu.
     Hari-hari terakhir saya di Penang, kali ini saya bersama dengan anggota tambahan setelah sebelumnya hanya berjalan berdua dengan ayah. Dia adalah kakak saya satu-satunya yang sooook lucu tapi baik. Kita pergi menyeberang ke Malaysia lagi bareng sodara-sodara saya yang jauh-jauh datang dari Kedah, Malaysia ke Penang. Tapi kali ini kami engga lewat Butterworth, melainkan dari lautnya langsung dengan menggunakan kapal ferry.
     Eh, eh, tapi sebelum itu, kita ke Komtar dulu. Pusatnya kota Penang. Dari Komtar, baru deh kita ke Jetty untuk naik kapal. Nah, dari Komtar ke Jetty itulah kita naik bis yang free fee melewati beberapa tempat yang sangat ingin saya kunjungi. aaah...nyesel banget ga turun. Bisnya melewati George Town, Little India (ini tempat yang paling ingin saya kunjungi), Mesjid Aceh, dan ntah mesjid apa gitu satu lagi. Tapi yasudahlah, kalau ada rezeki, lain kali akan saya kunjungi itu tempat.
     And the last, kita ke Batu Feringgih yang jalannya itu benar-benar udah kaya jalan mau ke Danau Toba, berkelok-kelok tajam dengan menggunakan bis. Kalau duduk mah, kita slow-slow aja mau setajam apapun belokannya. Masalahnya adalah kita pada berdiri dan saya mesti kuat-kuat berpegangan kalau engga mau terhempas ke sana ke mari dan menabrak para bule. Hehehe...kebetulan memang bulenya banyak banget. Itulah yang saya alami ketika pulang dari Batu Feringgih.
     Ohya Batu Feringgih itu adalah sebuah pantai yang terdapat batu-batu cukup besar dan unik di tengah laut yang bernama batu Feringgih. Kita masuk ke pantai dan waw sekali pemandangannya. Di penuhi oleh para bule yang shirtless dan bikini. oh waw!
     Nah, itulah beberapa tempat yang ada di Penang. Dari berbagai tempat yang telah saya kunjungi, begitu pula dengan jalannya. Sangat banyak yang membuat saya begitu iri. Mengapa Indonesia yang memiliki banyak pulau tidak bisa satuuuuu aja pulau milik Indonesia bisa mengikuti kemajuan Penang. Ini Penang loh! Kotanya sangat bersih, karena orang-orangnya juga mencintai kebersihan! Kotanya aman, tertib, dan disiplin. Karena memang rakyat dan kerajaan bisa saling bekerja sama untuk menegakkannya. Kemacetan jarang terjadi. Naik bus saya sangat merasa aman. Dan hal yang paling besar yang paling membuat saya iri adalah semua orang di sini bisa berbahasa Inggris! Ngga perduli yang tua, muda pria, wanita, anak-anak, semua bisa berbahasa Inggris. Dari tukang sayur, supir bus, penjaga toko, sampai mungkin yang kerjanya memerlukan bahasa Inggris juga bisa bahasa Inggris! Dan mereka tidak malu untuk berbicara bahasa Inggris.
     Saya mulai berfikir, kenapa kita tidak bisa sedikit saja meniru mereka? Minimal dari bahasanya sajalah. Oke, banyak yang bilang kita harus menjunjung tinggi dan memelihara bahasa Indonesia. Tapi mau sampai kapan? Mau sampai kapan kita tidak bisa berbahasa internasional. Bahkan kita sendiripun mungkin sangat ingin mahir berbahasa Inggris. Dan yang bisa berbahasa Inggrispun pasti sangat ingin mengobrol di lingkungannya dengan berbahasa Inggris. Tapi lagi-lagi, semua itu terhalang. Kenapa? Karena sedikit saja kita bicara English, pasti sudah dipatahkan semangat dengan cemoohan: "alah, sok pake bahasa Inggris lo!". Pertanyaan saya, "loh? Why not?". English itu adalah salah satu investasi kita untuk bisa melihat dunia! Ngga harus ke Inggris atau Amerika dulu.
     From now, comm'on guys! Don't be afraid to speak English but still keep our nation Language too in the same time! And please, Don't bring 'em down lah whoever they wanna speak English! The thing that we must do is just support 'em! And we can be like 'em who can speak English too. Ok? ;)

Dream?


Mimpi?

       Kalo soal mimpi ngga tau deh yah. Aku cuma ngga mau terlalu banyak bermimpi. Karena bagiku, mau sebanyak apapun bermimpi tapi kalau ngga ada usaha dalam mewujudkannya yah sama aja. Namanya tetap akan menjadi mimpi, mimpi semu namanya. Kenapa aku ngga mau terlalu banyak bermimpi? Karena aku tahu batas kemampuanku. Yeah, walaupun jujur, salah satu hobi aku itu berkhayal membuat sebuah jalan cerita hidup seseorang. Ntah itu seorang lelaki, ataupun perempuan. Kadang juga berkhayal tentang diriku sendiri. Berkhayal itu sudah termasuk dalam bermimpikan? Tapi…berkhayal itu asik loh. Kau bisa membayangkan segala hal tanpa batas, dan sesukamu tentunya. Tapi, jika kau kembali ke dunia nyata, siap-siap saja merasakan sakitnya. Karena kembali ke awal, semua itu hanya khayalan, abstrak, mimpi, semu, dan ghoib.
       Tapi enggak buat aku. Aku senang-senang aja kalau berkhayal. Karena aku sendiri udah ahli kali yah mengatasi ketika aku sudah kembali ke dunia nyata agar aku tidak merasakan sakit itu. Tapi bagiku, berkhayal dan bermimpi itu ngga sama. Walau kalau dipikir pakai akal pasti ada hubungannya. Ntah itu sepupuan, keponakan, cucu, cicit, blah blah blah, whatever. Karena bagiku, mimpi itu adalah sebuah project besar yang akan kita tuju dan capai di masa yang akan datang. Nah, ntah itu akan terwujud atau tidak, itu kembali pada diri masing-masing. Karena itu aku ngga pernah mau bermimpi besar. Cukup kecil-kecilan aja. Contohnya, dulu aku bermimpi bisa ke Jakarta hanya agar aku bisa satu langkah lebih maju untuk bisa menonton konser penyanyi favoriteku. Tapi aku ngga pernah bermimpi bagaimana cara agar aku bisa ke sini. Yang jelas mimpiku adalah, cepat atau lambat, aku harus ke Jakarta. Sampai suatu saat ada satu jalan yang terbuka lebar untukku. Aku bisa ke Jakarta melalui kuliah. Yah, aku berusaha agar aku bisa lolos kuliah di Jakarta dengan do’a juga tentunya. Akhirnya, di sinilah aku sekarang. Di ibukota (pinggiran, red). Satu langkah di depan, bro!
     Tapi udah ke sini, aku makin sadar. Bahwa mimpi aku sebenarnya yah bukan buat ketemu artis favoriteku. Melainkan untuk mencari tujuan hidup yang sebenarnya. Masalah bisa menonton konsernya bagiku hanyalah sebuah bonus. Kalau bisa nonton syukur, kalau engga yaudah. Gitu aja.
        Sekarang ini yah mentingin hidup ke depannya gimana. Orang tua ngasih kepercayaan ke Jakarta biar bisa belajar yang benar, terus jadi orang deh. Itu baru yang namanya mimpi. Dan ini adalah mimpi terbesar aku yang aku bener-bener ngga mandang kemampuanku sendiri, melainkan hanya terpatok pada kepercayaan pasti bisa dengan disertai do’a.

Intinya, mimpi itu ngga perlu banyak-banyak. Tapi cukup satu, mencakup semua!
Mimpi itu ngga perlu banyak-banyak karena lo juga belum tentu bisa mencapainya
Dan mimpi itu jangan terlalu besar dan tinggi. Kalau ngga kesampaian, bisa gilak kali yah. Contohnya: Lo mimpi nikah sama David Beckham. Hah! Sampai lo uzur bau tanah, atau dunia kebalik dan isinya juga keluar juga lo ga bakal bisa nikah sama David Beckham! Tanya kenapa? Jawab sendiri!

Thanks…and Much Love xxx

Minggu, 20 Januari 2013

Back To Medan

       Sebenarnya ga ada niat buat nulis kisah perjalanan aku pulang ke Medan. Tapi kali ini, ada yang berbeda aja sama perjalananlku dari Jakarta hingga ke Medan. Aku balik ke Medan tanggal 17 Januari 2013. Di tiket tercatat kalo jadwal keberangkatan pesawat ku itu jam 15.00 WIB dengan nomor penerbangan JT 0202 dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Berhubung karena perjalanan dari Ciputat ke Cengkareng itu jauh, aku berangkat dari asrama jam 10.00 WIB bareng teman ku yang orang Medan.
      Jadi, aku harus ke terminal Lebak Bulus dahulu untuk bisa mendapatkan Damri yang akan mengantarkan kami ke bandara. Aku memilih untuk naik ojek dari asrama karena koper yang supeeeer gedek yang aku bawa. Sementara temen aku itu, dia di anter sama temennya. Eh, tapi ujungnya aku juga yang sampe deluan ke terminal. Aku harus nunggu temen aku datang. Tapi....ternyata Damrinya datang dan langsung diisi oleh penumpang lain yang akan ke bandara juga. Di situ aku langsung panik. Hell! Gimana ga panik coba? temen aku itu belum datang-datang juga!! Sementara untuk menunggu kedatangan Damri yang selanjutnya itu butuh waktu hampir sejam lebih karena Jakarta macet akibat banjir yang melanda pusat kota Jakarta -.-v
       Temen aku lalu datang, tapi masalahnya....damrinya itu udah penuh! Kalau mau yah berdiri!!! Akhirnya aku harus mengikhlasin  damri itu dan menunggu damri selanjutnya. Satu jam kemudian, damri belum datang-datang juga. Waktu itu jam udah nunjukin pukul 11.30 WIB! berarti waktu ke bandara tinggal dua setengah jam lagi. Di saat yang bersamaan, ada bapak-bapak nawarin naik taksi dengan biaya Rp. 40.000,- nyampe bandara. Daripada ketinggalan pesawat, akhirnya aku maksain temen aku buat naik taksi aja. Kami berdua naik taksi bareng dengan seorang bapak dan ibu yang ga kami kenal.
       Ternyata masalah ngga berhenti sampe di situ aja! Di tengah jalan ke bandara, kita terjebak macet. Pertamanya kita udah masuk tol Slipi *kalogasalah* tapi kita harus putar balik karena satu hal yang sedang maraknya diberitakan di seluruh media massa di Indonesia - Banjir -. Kita putar balik keluar tol dan masuk ke tol lain *lupa*. Belum sampai di tol bandara, kita terjebak macet lagi dan harus melewati banjir yang kira-kira tingginya sampe setengah ban mobil taksi. OMG! imagine it! Jalan ke bandara aja bisa banjir?? apa kata bule' kalo melihat hal ini?! Oke, bukan bermaksud jelekin Indonesia. Tapi hal ini bisa jadi pelajaran buat pemerintah untuk bisa mengatur masalah tatanan kota Jakarta dan banjir yang terjadi hampir setiap tahunnya!
Akhirnya kita sampai juga di bandara sekitar jam 13.30 WIB dan saat itu hujan turun dnegan derasnya.wuuussss....dari taksi masuk ke bandara kita lari biar ga keujanan. Sampai di loket Lion Air, pesawat yang akan kami naikin, aku langsung nukar kode untuk mendapatkan tiket pesawat. Lalu kita berdua langsung masuk ke dalam setelah melewati pemeriksaan dan X-Ray dan langsung Check In terus lanjut ke pembayaran pajak bandara dan kembali melewati pemeriksaan dan X-Ray kedua dan terakhir masuk ke gate B2, gate keberangkatan kami.
       Di gate B2, kita nunggu sampe jam 15.00 WIB tanpa melakukan hal yang berarti. Si kawan diem aja. Lah aku? cuman makanin roti yang memang ku bawa dari asrama. Sampe jam 15.00 lebih, belum ada pengumuman keberangkatan JT 202. Aku langsuing stress, panik! What the hell it is! Ga sengaja aku mendengar bahwa pesawat kami mengalami delay sampai jam 16.00 WIB. Akibat delay, kami diberikan roti sebagai pengganjel perut, hehe. Terus kami nunggu lagi sampe jam 16.00 WIB. Dan kembali, ngga ada pemberitahuan dari pihak Lion Air. Aku kembali stress dan panik. Aku pun berdiri dan keliling ruangan, ngelihat kondisi. Di dekat pintu menuju pesawat, aku ngelihat orang-orang pada membentuk barisan dan antrian. Iseng dan penasaran, aku tanya ke petugas yang nggak jauh dari situ. Dan dengan kalemnya tu petugas bilang: "iya mbak. Itu yang keberangkatan Medan". Dalam hati aku langsung, Damn!! Shit!!! Tanpa ada pemberitahuan dari speaker bahwa udah bisa boarding pass, antrian udah terbentuk aja! Untung aku nanya, kalo enggak gimana? Kemungkinan ketinggalan pesawat itu hampir 95%! Akupun bilang makasih ke petugasnya dan memanggil temenku untuk ikutan ngantri. Untung petugasnya cakep. Kalo enggak...hehe./.ngga tau juga siiih.
       Kamipun ikutan ngantri. Nah, waktu kita udah dekat boarding pass, tiba-tiba terjadi chaos sedikit antara penumpang dan petugas. Petugas bilang bahwa dalam pesawat itu free seat, artinya bebas memilih tempat duduk. Kami, para penumpang yang tak mengertipun langsung melayangkan protes karena petugas Lion Air seenaknya mengatakan free seat. Hah! Belum tahu petugas ini kalo mereka berhadapan sama orang batak! ha ha! Melewati boarding pass, kita langsung masuk pesawat dan nyari tempat duduk yang kosong. Aku dan temanku duduk terpisah. Aku dapet tempat kosong di seat 6B, di tengah. Di sebelahku kanan ku duduk cewek yang emm..cukup cantiklah. Dia lumayan ramah dan ternyata udah masuk semester akhir dari Solo. Sementara di sebelah kiriku ada ibu-ibu. Mereka berdua berasal dari penerbangan yang berbeda karena akibat cuaca, banyak penerbangan didelay dan beberapa nomor penerbangan digabung.
       Ga berapa lama saat menunggu pesawat take off, tiba-tiba ada bapak dan isterinya yang protes pada pihak Lion Air akibat free seat. Ternyata tempat yang aku duduki adalah milik dia dan isterinya. Saat itu, aku langsung ngerasa was-was dan nggak enak sama si bapak. Tapi kasihan juga sama pihak Lion Air. Mungkin juga mereka ngga bakal nyangka bahwa akan terjadi insiden seperti ini. Setelah tampak puas, si bapak akhirnya ngalah. Akupun bernapas cukup lega. Akhirnya pesawat take off sekitar jam tengah lima dan alhamdulillah sampai dengan selamat tepat jam 06.26 sore. Angka yang cukup unik -> 626. ha ha
       Well done, sekian cerita saat aku balik dari Jakarta ke Medan Bloggers! Thank youuu for reading!!! :)(: